Dadaku berdetak kencang, entah
penyebabnya apa akupun tak tahu. Yang ada hanya suara pintu terbuka. Perlahan
aku turun dari ranjang tempat aku berbaring saat ini, dan berjalan menuju ruang
tamu. Tak ada siapa-siapa, hanya jejak sandal yang mengotori ruang tamuku. Aku
melihat amplop berwarna berwarna biru yang tergletak di meja, apa ini?batinku
dalam hati.
12 12
12
Hanya tiga baris dengan angka yang
sama, ditulis dengan bolpoin merah besar. Entah siapa yang berani masuk rumahku
siang bolong seperti ini. Dirumah ini hanya ada dua kunci pemberian dari bu
Meli, warga setempat yang mengontrakkan rumahnya pada kami. Aku bawa satu, satu
lagi dibawa oleh suamiku Wingli. Jam segini tidak mungkin Wingli pulang dan
tanpa bertemu denganku, aneh.
Aku dan Wingli menikah hampir 10
tahun, belum dikaruniai anak satupun. Aku tahu Wingli sibuk dengan
pekerjaannya, bisa dihitung denga jari. 10 tahun pulang 10 kali saat bulan juli
dan hanya satu jam ia berada di rumah,hanya membawa oleh-oleh dari tempat ia
berlayar dan langsung berkemas lagi meninggalkanku. Komunikasi antara kamipun
tidak lancar, aku hanya bisa diam dan tak mampu berkata. Kata tetangga Wingli
sudah menikah lagi, tapi aku tidak serta merta mempercayainya. Aku lebih suka
menyendiri di dalam rumah, bukankah menjadi tuli itu lebih berharga dari
segalanya?.
17.30 wib
Setelah membereskan dapur, aku
berniat untuk membuang sampah yang sudah bau dan hampir membusuk. Tapi
langkahku dikagetkan oleh lembaran kertas putih yang berukuran besar, perlahan
aku mengambil kerta itu dan membaliknya. Lagi-lagi tulisan angka tiga baris
yang sama, 12 12 12. Aku menghela nafas panjang, dengan menjinjing kantong
plastik aku keluar dan membuang sampah. Di warung depan segerombolan ibu-ibu
sudah memandangku, seolah-olah aku seorang buronan atau bahkan lebih dari itu. Lagi-lagi
aku memilih untuk tuli dan buta.
12 Desember 2012
11,40
Siang
ini aku bersiap mengepak seluruh barang milikku, untuk apa aku tinggal di kota
Jakarta seorang diri. Bahkan sepertinya dunia sudah menolakku untuk berada di
bumi ini, aku lelah. Satu surat perceraian aku masukkan dalam amplop coklat,
untuk Wingli. Bukan karena aku masih perawan, aku lelah dengan keadaan ini. Aku
ingin pulang memeluk emak di
Lamongan, mengajar les dan tanpa satu ikatan.
12.12 wib
Aku
mendengar suara ketukan pintu, sosok yang aku kenal tapi tidak seperti
biasanya. Duduk di kursi roda dengan memakai kaos merah hati pemberianku,
Wingli. Aku terdiam beberapa menit, tak berapa lama aku mendengar Wingli
bersuara.
Sepurane seng
akeh yo dek…sepurane seng akeh…
Ujarnya sambil berlinang air mata, deras sekali
batinku dalam hati. Tanpa disuruh, spontan aku bertekuk lutut dan mencium
tangan yang dulu lembut kini menjadi kasar. Entah apa yang terjadi dengannya,
aku tak tahu. Nomor handphone-nya
tidak lagi bisa dihubungi dua tahun ini, dan saat ini Wingli ada di depanku.
Duduk di kursi roda, dengan hanya satu tangan tersisa. Aku memeluknya
erat-erat…
Pagi tadi setelah saya shalat subuh tiba-tiba saja turun hujan, ini ni waktu yang paling saya benci. Hari terakhir jelang libur panjang, mau berangkat hujan pula..aihhh,bener-bener godaan setan ya hehe...pukul 06.30 perlahan hujan reda dan ketika saya keluar rumah ternyata masih grimis tapi mataharinya benar-benar menggairahkan teman-teman. Berasa tidak hujan tapi hujan, heummm...dan sebelum berangkat saya tiba-tiba melihat pelangi di atas perumahan kami,walllaaaa what a beautiful rainbow!!! Dengan kondisi basah-basahan karena masih gerimis sayapun menyempatkan diri mengambil handphone dari ransel.
Wow,setahun di Batam...baru kali ini saya melihat pelangi tepat dari depan rumah..heummm
Heummm,ini dia kue tradisional yang baru saya rasakan. Sebenarnya ini yang kedua kali karena pertama kali saya pernah merasakan kue ini saat di sekolah yaitu pemberian wali murid. Dan yang kedua kalinya saat saya diajak suami makan di kedai Mi Tarempa, dan ternyata kue ini namanya LUTI GENDANG...
Heum,dari namanya saja sudah aneh tapi jangan salah rasannya itu lo maknyus pemirsa. Bentuknya seperti kroket, isinya abon ika yang rasannya manis pedas gurih banget. Nah balutannya itu dari bahan roti donat tapi ini kriuk banget kalo digigit,apalagi kalau sudah tercampur jadi satu dengan isinya,heummmmm maknyuusss top markotop deh rasanya hehe...Mau???kalau mau coba luti gendang sepertinya harus ke kedai Mi Tarempa atau langsung aja ke Pulau Tarempa langsung hehe...
Dadaku berdetak kencang, entah
penyebabnya apa akupun tak tahu. Yang ada hanya suara pintu terbuka. Perlahan
aku turun dari ranjang tempat aku berbaring saat ini, dan berjalan menuju ruang
tamu. Tak ada siapa-siapa, hanya jejak sandal yang mengotori ruang tamuku. Aku
melihat amplop berwarna berwarna biru yang tergletak di meja, apa ini?batinku
dalam hati.
12 12
12
Hanya tiga baris dengan angka yang
sama, ditulis dengan bolpoin merah besar. Entah siapa yang berani masuk rumahku
siang bolong seperti ini. Dirumah ini hanya ada dua kunci pemberian dari bu
Meli, warga setempat yang mengontrakkan rumahnya pada kami. Aku bawa satu, satu
lagi dibawa oleh suamiku Wingli. Jam segini tidak mungkin Wingli pulang dan
tanpa bertemu denganku, aneh.
Aku dan Wingli menikah hampir 10
tahun, belum dikaruniai anak satupun. Aku tahu Wingli sibuk dengan
pekerjaannya, bisa dihitung denga jari. 10 tahun pulang 10 kali saat bulan juli
dan hanya satu jam ia berada di rumah,hanya membawa oleh-oleh dari tempat ia
berlayar dan langsung berkemas lagi meninggalkanku. Komunikasi antara kamipun
tidak lancar, aku hanya bisa diam dan tak mampu berkata. Kata tetangga Wingli
sudah menikah lagi, tapi aku tidak serta merta mempercayainya. Aku lebih suka
menyendiri di dalam rumah, bukankah menjadi tuli itu lebih berharga dari
segalanya?.
17.30 wib
Setelah membereskan dapur, aku
berniat untuk membuang sampah yang sudah bau dan hampir membusuk. Tapi
langkahku dikagetkan oleh lembaran kertas putih yang berukuran besar, perlahan
aku mengambil kerta itu dan membaliknya. Lagi-lagi tulisan angka tiga baris
yang sama, 12 12 12. Aku menghela nafas panjang, dengan menjinjing kantong
plastik aku keluar dan membuang sampah. Di warung depan segerombolan ibu-ibu
sudah memandangku, seolah-olah aku seorang buronan atau bahkan lebih dari itu. Lagi-lagi
aku memilih untuk tuli dan buta.
12 Desember 2012
11,40
Siang
ini aku bersiap mengepak seluruh barang milikku, untuk apa aku tinggal di kota
Jakarta seorang diri. Bahkan sepertinya dunia sudah menolakku untuk berada di
bumi ini, aku lelah. Satu surat perceraian aku masukkan dalam amplop coklat,
untuk Wingli. Bukan karena aku masih perawan, aku lelah dengan keadaan ini. Aku
ingin pulang memeluk emak di
Lamongan, mengajar les dan tanpa satu ikatan.
12.12 wib
Aku
mendengar suara ketukan pintu, sosok yang aku kenal tapi tidak seperti
biasanya. Duduk di kursi roda dengan memakai kaos merah hati pemberianku,
Wingli. Aku terdiam beberapa menit, tak berapa lama aku mendengar Wingli
bersuara.
Sepurane seng
akeh yo dek…sepurane seng akeh…
Ujarnya sambil berlinang air mata, deras sekali
batinku dalam hati. Tanpa disuruh, spontan aku bertekuk lutut dan mencium
tangan yang dulu lembut kini menjadi kasar. Entah apa yang terjadi dengannya,
aku tak tahu. Nomor handphone-nya
tidak lagi bisa dihubungi dua tahun ini, dan saat ini Wingli ada di depanku.
Duduk di kursi roda, dengan hanya satu tangan tersisa. Aku memeluknya
erat-erat…
Yeaaaaa....liburan semester pertama tinggal menunggu hari, ya meskipun sempat bertengger di pulau kapuk selama 3 hari karena demam akibat hujan yang terus menerus. Tapi tetap senang menyongsong libur yang cukup lama hehe (mulai lebaiyyy). Pinginnya libur 10 hari ini pulang kampung ke Jawa tapi ternyata oh ternyata suami tidak bisa ambil cuti, hickz....Dan akhirnya diliburan semester kali ini saya sudah mencatat beberapa kegiatan penting (hahahaha gayanya bak artis papan tulis aja):
--Menjahit baju
Setelah sukses buat totebag, akhirnya saya bersikukuh untuk menjahit baju. Mumpung ada kain bekas dan nganggur jadi sepertinnya harus dimanfaatkan dulu. Dulu sempat menjahit 4 baju tapi itu dulu,sejak menikah saya belum lagi menjahit baju. Semoga masih ingat cara membuat pola,soalnya buku jahit saya ada di Jawa hehehe.
--Membuat totebag
Berhubung saya paling tidak suka dengan tas-tas "cewek", ups maksud saya yang tas kayak ibu-ibu itu lo kawan yang contohnya seperti di jual di toko online. Entah mungkin karena pembawaan saya dari dulu suka tas yang simpel, aneh, dan buatan sendiri pastinya. Jadi yaaaa saya pingin buat totebag lagi biar banyak koleksinya hehe.
--Reflexi
--Jalan-jalan
--Bekam
Kemarin waktu bulek saya datang ke rumah, beliau menawari saya untuk dibekam. yeaaaaaa asik asik,lumayannnnn!!! Kebetulan saya sakit batuk,flu,demam jadi satu akhirnya liburan nanti beliau akan membekam saya. hureyyyy!!
Uwaaaaa,cuma 4 ternyata ya....so buat teman-teman yang libur kira-kira punya rencana apa yaaaa???hehe...happy holiday >_<
Aku Hannan Suroyya, usiaku 25 tahun.
Dilahirkan di keluarga yang taat beribadah, abahku
seorang pemimpin di salah satu pesantren yang terkenal di Jawa timur. Semenjak
kecil aku sudah di sekolahkan di sekolah Islam, tamat SD aku dimasukkan di
pesantren hingga SMA. Setelah itu aku kuliah jurusan Psikologi dan melanjutkan
pascasarjana dengan mendapatkan nilai tertinggi. Hingga akhirnya aku bekerja di
sebuah rumah sakit dan membuka praktek di rumah, tak lama setelah aku membuka
praktek di rumah aku menikah dengan lelaki pilihan abahku. Saat memasuki bangku kuliah, aku baru tahu tentang banyak
hal termasuk apa itu masa puber.
Namanya Alfa, satu-satunya teman
dekatku dipesantren. Mungkin karena aku sendiri kemana-mana dan tidak terlalu
peduli dengan orang lain hingga satu hari Alfa salah satu orang yang selalu
mendekatiku, baik saat mengantri kamar mandi, berangkat ke masjid, bahkan
mengantri di dapurpun dia selalu mengikutiku. Hingga akhirnya kami menjadi
teman dekat yang saling berbagi, dimana ada Oya disitu pasti ada Alfa. Terkadang
kami saling bertengkar jika salah satu dari kami berbaur dengan teman-teman
yang lain, jika sudah begini kami sering berkirim surat dan meletakkan surat
itu disamping lemari. Dan kalimat iinilah yang tertulis di lembar kertas warna
pink bermotif bunga itu.
Dear
Oya
Aku
benci sama kamu
Ur
beloved -Alfa-
Satu
hari saat aku bercengkrama bersama suami, tiba-tiba handphoneku berdering. Nomor baru dan spontan aku angkat.
Oya, apa kabar?
Alhamdulillah
baik..maaf ini siapa ya?
Ih udah lupa ya
sama teman sendiri…
Iya tapi ini
siapa ya?nomor ganti ya…
Aku,Alfa..
Sejenak aku terdiam, dan selang beberapa menit kami
bercakap-cakap hingga akhirnya aku mengakhiri perbincangan sore itu. Lama aku
melihat layar handphone dan tiba-tiba
aku dikagetkan oleh sentuhan tangan suamiku.
Siapa umi?
Teman lama bi
…emmm, Alfa. Alfa Jauhariyah
Oooo…iya
Maafin umi ya
bi…
Maaf untuk apa?Uhibbuki
fillah…aku mencintaimu karena Allah mi,aku bangga dengan usahamu untuk berubah
menjadi manusia dengan kodrat yang sebenarnya.
Ujarnya sambil mencium keningku, entah tiba-tiba saja
air mata ini mengalir deras.
Bagi
saya sahabat adalah segala-galanya, tempat dimana kita bisa mencurahkan segala
hal. Yang sampai saat ini masih teringat di memori barisan paling depan adalah
saat-saat terakhir masa kuliah.
Pertama,
saya kuliah ambil jurusan psikologi di salah satu universitas negeri di Jawa
timur, entah pada semester 7 hingga saat wisuda banyak sekali hal yang menggembirakan
dalam fase itu. Saya kebetulan ditinggal wisuda terlebih dahulu oleh
teman-teman dekat saya karena saya mendapatkan dosen pembimbing yang super
sibuk hingga akhirnya saya terlunta-lunta dan bertemu dnegan teman-teman baru
yang kebetulan sedang menyusun skripsi. Saya teringat saat sore sepulang dari
kampus tiba-tiba salah satu teman saya yang suaminya dosen menelpon dan
menawari saya beserta 3 teman lain ikut mengantarkan suaminya ke Jogyakarta,
dengan senang hati saya, Ily, Anyum, dan Ifa segera mengepak barang seadanya
dan langsung mencari angkot untuk berangkat ke rumah Laily.
Bagaimana
saya dan teman-teman menolak ajakan Laily, disaat yang tepat dan diwaktu yang
kami paksakan sangat tepat akhirnya kami berangkat, yeaaaaa Jogya…kami
datangggg!!!. Berangkat pukul 17.30 dengan menaiki mobil sedan, di belakang
kami duduk saling pangku karena yaaa kebetulan badan kami terlalu kurus untuk
duduk dengan nyaman hahaha. Oh my God!! Terlalu manis jika saya harus merecall kenangan-kenangan yang tidak
mungkin terlupakan begitu saja, sampai Jogyakarta pukul 01.30. Paginya setelah
subuh saya dan teman-teman diajak ke pantai parangtritis untuk menikmati matahari
terbit,heummm it’s a nice moment. Setelah
bermain air dan pasir kami diajak menikmati hasil laut di pantai depok, dalam
hitungan menit segala masakan seafood tersaji
di depan kami. Dan rasanya benar-benar maknyus pemirsa, rasa masakan pondok tersebut
sangat-sangat mengena di lidah saya. Dan saya sangat menikmati ini semua…terima
kasih Laily atas liburan gratis manisnya!!!
me,ily,laily...anyum sepertinya bagian jepret >_<
Kedua,
sahabat yang ini berbeda dengan yang diatas. Yang ini sahabat dari pesantren
beberpa tahun yang lalu, tinggal dan kuliah di Surabaya. Mael dan Acan, entah
karena Malang-Surabaya dekat jaraknya ketika saya merasa sumpek dan bosan berada di Malang. Dengan membawa uang Rp 20.000
dan baju yang saya pakai terkadang saya nekat berangkat dengan menggunakan
kereta pagi pukul 07.00 jurusan Surabaya, dan orang yang setia menjemput dan
menampung saya selama satu atau dua hari adalah Mael hehe. Sorenya Acan dengan
semangat 45-nya langsung menuju ke rumah Mael. Satu hari Acan dan Mael
mengagetkan saya, pagi-pagi ketika saya libur tiba-tiba saja mereka berada di
depan kos saya, oh Tuhan!!!apa yang terjadi? Tanpa cuci muka dan mandi mereka
menggeret saya dan mengajak saya untuk berjalan-jalan menikmati suasana kota
Malang. Heummmm,really shock!! Tapi sangat-sangat
manis sekali satu hari bersama mereka...well,
thank you for our friendship, I will miss you are.
me,mael,acan...
Dan
itulah dua dari sekian banyak pengalaman manis dalam hidup saya.