Wednesday, 11 March 2015

Pingin Belajar Baking



Jauh dari pusat perbelanjaan atau mall, membuat saya dan suami lebih bisa berhemat dengan cara yang berbeda. Pertama kali sampai Siak sempat beberapa kali saya Tanya suami, ”Beneran di sini nggak ada mall?” atau”Serius, di Siak nggak ada mall?. Dan sesampainya di Siak, memang benar-benar tidak ada mall satupun, bahkan mini market merek-merek tertentupun tidak saya jumpai disini. Kalaupun mau jalan-jalan atau refreshing ke mall, harus ke Pekanbaru dengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam. Duh Gusti…

Sekarang, Alhamdulillah sudah ada satu mini market bermerek di Siak. Setidaknya bisa jalan-jalan, masuk ke dalam, ngisis dan keluar cuma beli es krim dan minuman kaleng hehehe. Coba saja dua lantai, lantai dasar untuk sembako, lantai satu untuk baju dan perkakas dapur, pasti dijamin ramai setiap hari. Seringkali saya dan suami membayangkan, andai saja di siak dibangun satu mall saja, mungkin para pendatang yang banyak bekerja disini bakal betah. Setidaknya kalau libur bisa refreshing dan jalan-jalan ke mall, ngarep banget ya saya hahaha. Tapi, sepertinya harus bersabar..

Lain dulu lain sekarang, dulu agak bingung kalau cari-cari barang yang diinginkan tapi tidak ada di Siak, sekarang sudah mulai menikmati rasanya ngemall di rumah. Loh kok bisa?iya, tinggal buka leptop, klik toko online yang diinginkan, langsung deh bebas pilih barang. Akhir-akhir ini entah kenapa saya kok pingin banget belajar baking, bikin roti dan sejenisnya. Terakhir baking tahun lalu pas pulang ke Batam, tahun ini belum sama sekali jenguk rumah Batam, jadi belum bisa baking. Bukan baking seperti teman-teman blogger yang pintar baking ya, tapi saya bakingnya abal-abal, coba-coba gitu hehehe. Ceritanya saya lagi pingin banget sama oven listrik, lebih praktis dan ukurannya tidak terlalu besar, jadi simple gitu. Pas banget buka lazada langsung cari kategori peralatan dapur. Namanya juga perempuan, suka sama yang lucu-lucu, ketemu peralatan masak yang lucu, pingin. Pokoknya semuanya di klik deh, mumpung lagi semangat ngonlen, jadi puas-puasin pilih dan lihat-lihat barang. Kebayang kan kalau sudah beli oven mau bikin apa??pingin banget bikin banana bread, macaroni scotel, brownis, pokoknya pingin banget bisa bikin roti gitu. Eaaaa….ngimpi dulu ya hehe.

Katanya kalau belum punya barang yang diimpikan atau diinginkan, biasnaya menggebu-nggebu. Tapi kalau sudah ada di depan mata, sudah ada dirumah, paling semangatnya diawal-awal, setelahnya dibiarkan begitu saja. Masak iya sih??kalau dipikir-pikir ada benarnya juga ya hehehe. Setidaknya kalau sudah ada oven, bisa coba-coba bikin roti dan kue  buat lebaranlah, atau buat oleh-oleh gitu. Secara di Siak nggak ada oleh-oleh khas Siak, jadi kalau pulang ke Batam daripada beli kue, cake atau roti buat oleh-oleh di toko roti, mending bikin sendiri. Bener nggak??cieee….semangatnya hehehe. 

Teman-teman ada yang pingin beli oven juga??

Monday, 9 March 2015

Friday, 6 March 2015

Tembilahan : Lebih Dekat dengan Kampung Bertuah

Traveling is one of my great passions, and something I do a lot of
~Sabrina Lloyd~

Setelah naik pompong selama kurang lebih 10 menit, akhirnya sampai juga di Kampung Bertuah. Sempat beberapa kali ngobrol dengan bulek yang sudah lama tinggal di sini, saya kira awalnya ini pulau, karena untuk kesini kita harus nyebrang terlebih dahulu. Ternyata bukan, lha terus kalau bukan pulau apa ya??. Ya sudahlah, pokoknya daerah Kampung Bertuah ini luas. Jangan heran kalau sampai sini tidak ada mobil ataupun truk, apalagi bis, nggak ada. Selama perjalanan menuju rumah bulek, saya sempat mbatin dan tanya ke suami, "ini kok jalannya sempit banget mas??kapan lewat jalan lebar". Dengan santai suami menjawab, "Disini jalannya ya kayak gini", wakz, lumayan kaget juga. Jalannya sempit, banyak yang rusak, cukup buat dua sepeda motor, dan dibuat ngebut juga loh sama anak-anak muda, ya ampunnn. 
 Yeay,sampai juga di Kampung Bertuah
 Ini jalannya...beda banget kan sama Siak hehe
 Kelihatan lebar ya kalau di foto,padahal pas untuk dua sepeda motor

Ribuah pohon kelapa dan jambe
Sambil melihat kanan kiri, keadaan dan lingkungan Kampung Bertuah. Sesekali melihat banyak sekali lahan yang ditanami pohon kelapa dan pinang atau jambe. Ternyata, dua pohon itulah yang banyak tumbuh di daerah sini. Istilahnya, mayoritas masyarakatnya memiliki tanaman pohon kelapa dan pinang. Biasanya hasil dari buah kelapa dikirim ke pabrik untuk dijual, buah kelapa diasap, dicungkil isiny, jadilah kopro. Bahan utama membuat minyak kelapa, itupun jika panennya banyak. Tapi jika sedikit biasanya dijual di pasar. Dan saya sempat heran, ketika banyak kulit pohon kelapa dan jambe yang berjejer rapi di depan rumah warga, tau nggak untuk apa??untuk menimbun air bekas banjir. Jadi, di Kampung Bertuah ini sering banjir jika air laut pasang atau ketika turun hujan. Banjirnyapun tidak main-main, kadnag sampai sedengkul.

Kalau buah kelapa dibawa ke pabrik untuk bahan utama minyak sayur, maka buah pohon pinang atau jambepun tidak ketinggalan. Biasanya kalau panen buah pinang, buahnya dijemur dulu, lalu dicongkel dan dibawa ke pabrik untuk dijual sebagai bahan pewarna. Ketika saya tanya beberapa warga yang sempat berkenalan, biasanya buah jambe untuk pewarna tekstil bukan untuk bahan pewarna makanan. 

 Tuh kan??pohon kelapa dan pinang
 Ini tukang sayur

Serba serbi Kampung Bertuah
Selain jalan yang sempit, banyak pohon kelapa dan pinang. Di Kampung Bertuah masyarakatnya dari mana-mana, ada Jawa, ada Bugis, ada Banjar, dan Melayu. Sempat saya bingung pas mendengarkan bulek dan teman-temannya ngobrol, salah satunya, ngobrol pakai bahasa jawa tapi kok tiba-tiba ditengan percakapan ada bahasa lain yang tidak saya kenali. Sampai rumah saya tanya ke bulek, ternyata temannya itu orang Banjar, jadi ngomongnya pakai bahasa campur-campur, ya bahasa jawa, ya bahasa banjar hehehe. Seru ya ternyata, bisa belajar banyak bahasa nih kalau tinggal lama di Kampung Bertuah. Jangan tanya masalah air, mayoritas setiap rumah pasti punya tandon untuk menampung air hujan. Air mandi warnanya seperti air teh atau air laut *lihat gambar paling atas*. Sempat takut gatal-gatal, tapi alhamdulillah aman sentosa hahaha. 
 Kulit buah kelapa dan pinang untuk menimbun air bekas banjir^^
Air mandi di Tembilahan,kayak teh^^

Empat hari di Kampung Bertuah, seru, pengalaman baru bisa berkunjung ke daerah seperti ini. Awalnya tidak ada banyangan kalau daerahnya seperti ini, tapi pengalaman yang menyenangkan. Seru pokoknya....semoga bisa #exploreriau dan Sumatera aamiin. 

Ada yang mau sponsorin saya dan suami #exploresumatera???hayyukk...dengan senang hati hahaha


*****
Ini juga seru...

Wednesday, 4 March 2015

Tembilahan: Sensasi Naik Pompong

Setelah menempuh  perjalanan jauh Siak - Tembilahan  selama kurang lebih 9 jam, akhirnya pukul 16.00 sampai juga di kota Tembilahan. Kebetulan di kota ini banyak saudara dari keluarga suami, salah satu keluarga dekat ada paklek. Mumpung suami libur 6 hari, jadi memutuskan untuk jalan-jalan ke Tembilahan. Kebetulan adik neneknya suami ada acara besar, pas banget, kumpul dengan saudara yang sudah berpisah selama belasan dan puluhan tahun. Rumah paklek dan saudara di sebrang, jadi harus menyebrang menggunakan pompong atau perahu kecil. Pompong, sebutan untuk perahu kecil di Batam dan Riau, kalau di Jawa namanya perahu. Pukul 18.00 saya, suami dan paklek siap-siap menyebrang ke Kampung Bertuah. Karena mobil tidak bisa menyebrang, jadi suami menitipkan mobil di rumah temannya paklek. Sebenarnya bisa menitipkan mobil di masjid, tapi berhubung waktu itu satpamnya istirahat, jadi suami tidak bisa bertemu dengan satpam tersebut. 

Penyebrangan ke Kampung Bertuah kapanpun bisa dan diantar, jadi tidak usah takut tidak bisa menyebrang ke sebrang. Saya kira pompongnya seperi yang pernah saya naiki dulu waktu menyebrang dari Sekupang Batam ke Pulau Belakang Padang, ternyata ini lebih pendek. Otomatis lebih deg-deg'an, benar-benar memacu adrenalin. Satu pompong bisa menampung kurang lebih 10 - 15 orang dan sepeda motor. Waktu saya naik pompong di Batam, ada terpalnya, jadi tidak bisa melihat pemandangan laut dan sekitarnya. Tapi kali ini pompongnya lebih pendek dan terbuka, jadi otomatis penumpang bisa menyentuh air dan bisa melihat pemandangan sekitar. Deg-deg'an tapi seru, pengalaman yang berbeda. 10 menit berlalu, akhirnya pompong sampai di Kampung Bertuah, biaya naik pompong murmer, hanya Rp 3000 perorang. Murah ternyata hehe..
Sudut Kota Tembilahan
 Siap-siap menyebrang, itu kampung Bertuah
 Naiknya hati-hati ya,goyang-goyang soalnya^^
 Pendek kan??^^
 Banyak tanaman ilong
Yeay,sampai juga di Kampung Bertuah

Akhirnya sampai juga di Kampung Bertuah, tapi, perjalanan belum usai. Tunggu cerita #exploretembilahan selanjutnya ya.
Teman-teman ada yang pernah naik pompong atau perahu kecil nggak??ayo dong cerita..^^


****