Thursday, 29 August 2013

Visa dan Perjalanan Wisata

Bagi para pecinta traveling, apalagi tujuan utamanya ke luar negeri. Pasti yang dibutuhkan adalah paspor. dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara. Sudah jelas isinya identitas pemegang paspor, tinggal mengajukan ke Kantor Imigrasi daerah setempat. Setelah jadi, kita bisa bebas keliling luar negeri. Kata siapa bisa keliling luar negeri sebebas itu?kan udah ada paspor?kurang?apa lagi?ya visa lah. Yaaahh,

Hampir semua negara di ASEAN, telah membebaskan pengurusan visa bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke negaranya, namun tidak dengan Myanmar. Kenapa ya, berwisata ke Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja? Perlu atau tidak visa bagi perjalanan wisata? 

Menurut informasi bahwa ada 11 Negara yang membebaskan visa kepada pemegang paspor Indonesia, diantaranya Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, Peru, Chili, Macao, Hongkong, Maroko, Brunei Darussalam, dan Vietnam. Tapi, apa bedanya paspor sama visa?bukannya keduanya sama-sama dokumen yang dikeluarkan oleh Negara?. Jika paspor sudah jelas sebuah dokumen yang berisi identitas pemegang. Sedangkan visa berupa dokumen yang dikeluarkan oleh sebuah Negara memberikan seseorang izin untuk masuk ke Negara tersebut dalam suatu periode waktu dan tujuan tertentu. Mungkin dalam rangka study tour, undangan dari teman bisnis, jalan-jalan, tugas dari kantor dan lain sebagainya. Ibaratnya visa ini seperti tiket masuk, tanda bukti atau ijin masuk ke sebuah Negara yang kita tuju. Misalnya saja kita ingin wisata ke Myanmar, berhubung Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja maka kita harus membuat visa. Jika Pemerintah Myanmar telah memberikan ijin resmi kepada kita, maka kita bisa menggunakan visa tersebut untuk berkunjung dan masuk ke Myanmar, tapi sebaliknya jika permohonan kita di tolak maka kita tidak akan bisa masuk ke Myanmar.

Negara Myanmar adalah satu-satunya Negara ASEAN yang meminta visa pengunjung bagi warga ASEAN yang ingin berkunjung ke Negaranya. Mungkin Pemerintah Myanmar benar-benar selektif untuk memberi izin pengunjung termasuk turis asing untuk berkunjung ke Negaranya. Tapi lagi-lagi itu hak dan kebijakan dari masing-masing Negara, baik memberi kelonggaran dan kebebasan visa maupun yang harus menggunaka visa.

 Lalu, perlu atau tidak visa bagi perjalanan wisata?

Hampir semua Negara ASEAN membebaskan visa bagi anggota ASEAN yang hendak berkunjung ke Negara-negara tersebut, artinya pengunjung hanya memerlukan paspor saja tanpa harus mengurus visa saat memasuki negara yang dikunjungi. Sedangkan Myanmar dan Negara-negara lain yang mengharuskan  memiliki visa, sebelum pengunjung berwisata harus mengurus visa terlebih dahulu.

Sebagian Negara yang sudah membebaskan dan memberi kelonggaran visa bisa jadi karena Pemerintah setempat ingin mempererat hubungan pesahabatan antar Negara sehingga bisa mengenal lebih dekat satu sama lain.  Sedangkan alasan Negara-negara yang tidak membebaskan visa bisa jadi karena Pemerintah setempat memiliki kebijakan-kebijakan tersendiri, misalnya banyaknya wisatawan yang melanggar ketentuan visa dan lain sebagainya. Sehingga alasan-alasan tersebutlah yang mengharuskan pengunjung untuk mendapatkan visa jika berkunjung ke Negara tersebut. Lalu, perlu tidaknya sebuah visa lagi-lagi tergantung kepada kebijakan masing-masing Negara. Jika harus menggunakan visa, ya mau tidak mau kita harus mengurusnya tapi jika bebas visa kita hanya menggunakan paspor saja itu sudah cukup. Saat ini banyak Negara yang sudah memberlakukan VOA Visa on arrival, jika biasanya visa harus diurus dan disetujui oleh pihak kedutaan Negara yang ingin dituju. Maka VOA sifatnya lebih fleksibel karena bisa langsung diurus saat kita mendarat atau diperbatasan antar Negara yang kita tuju.


Sumber :

Wednesday, 28 August 2013

Indonesia : The Real Difference



Jika engkau minta intan permata tak mungkin ku mampu
Tapi sayangkan ku capai bintang dari langit untukmu
Jika engkau minta satu dunia akan aku coba
Ku hanya mampu jadi milikmu pastikan kau bahagia
Hati ini bukan milik ku lagi
Seribu tahun pun akan ku nanti
Kan... kamu...
Sayangku
Jangan kau persoalkan siapa dihatiku
Terukir di bintang tak mungkin hilang cintaku padamu
~Terukir di Bintang by Yuna~

Lagu ini dulu sering saya dengar hampir setiap hari, dan sayapun suka sekali dengan lagu tersebut. Karena pertama enak di dengar dan lagunya menyentuh banget, menurut saya sih. Awalnya saya hanya penikmat lagu saja, pas lihat langsung iklannya saya baru ngeh ternya ini lagu ilkan branding nation milik Negara tetangga yaitu Malaysia, diakhir iklan ada satu yang khas yaitu Truly Asia.

Bahkan sayapun sering melihat satu tayangan di televisi lokal, ketika orang-orang tersebut (wawancara) ada berkunjung ke salah satu Negara. Ketika mereka ditanya dari mana, mereka menjawab Indonesia, dengan dahi berkerut mayoritas mereka bertanya kembali, Indonesia dimana?. Beugh, ternyata Negara kita kurang terkenal ya.

Seperti yang saya ketahui bahwa ketika kita membahas masalah branding nation  berarti membahas mengenai satu merek dari satu Negara. Tujuan dari branding nation adalah untuk mengenal lebih dalam satu Negara. Dengan adanya branding nation posisi satu Negara akan bisa lebih di kenal luas lagi oleh dunia, tentunya mampu menarik wisatawan asing, investor, meningkatkan ekspor, dan akan meningkatkan reputasi Negara tentunya.



 Well, tantangan #10daysforASEAN kali ini adalah...
Indonesia kaya dengan beragam budaya, namun di sektor wisata, Malaysia lebih berhasil mem-branding “Truly ASIA”. Kira-kira apa ya branding yang cocok untuk Indonesia? Buat tagline, dan jelaskan kenapa tagline itu cocok untuk Indonesia di kawasan ASEAN.

Indonesia memiliki beragam etnis, dan masing-masing etnis memiliki warisan budaya. Misalnya saja tarian Jawa dan Bali. Dari segi bentuk bangunan misalnya rumah joglo, rumah gadang. Musik tradisionalpun memiliki ciri khas tersendiri misalnya keroncong,dangdut, melayu. Belum lagi dunia kulinernya, masakan Indonesia kaya akan variasinya, ada nasi padang, sate, nasi pecel, gudeg, mie aceh, rending, pempek, kerak telur dan lain sebagainnya. Selain itu, Indonesia termasuk Negara kepulauan di wilayah ASEAN yang memiliki 13.487 pulau besar dan kecil yang indah dan eksotis. Wow, banyak sekali tapi setahu saya sebagian sudah banyak dikunjungi dan sebagian lagi belum banyak pengunjung. Mungkin minimnya pengetahuan masyarakat dan kurangnya promosi dari pemerintah setempat.
Pantai papuma Jember Jawa Timur..doc.pribadi
 
Oleh sebab itu, branding nation bagi saya penting karena tak lain tujuan utamanya itu mengenal lebih dalam satu Negara. Jika Malaysia sangat terkenal dengan tagline atau slogannya yang berbunyi Truly ASIA, maka kalau boleh mengacungkan tangan saya akan memberikan tagline  untuk Indonesia seperti ini:  INDONESIA : THE REAL DIFFERENCE
Artinya bahwa Indonesia itu benar-benar memiliki banyak kekayaan, keragaman budaya yang nyata, yang berbeda dari Negara-negara yang ada di ASEAN bahkan di dunia. Orang akan mencari sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lain dimana? ya di Indonesia. Jika di Negara sono makannya roti dan steak, di Indonesia ada makanan yang berbeda, ada gudeg, pempek, rujak cingur, dan lain-lain. Jika di Negara sono hanya bisa menikmati lagu pop dan jazz, di Indonesia bisa mendengarkan lagu yang berbeda, ada keroncong, dangdut. Jika di Negara sono tidak ada tarian yang istimewa, di Indonesia ada tarian yang berbeda dari yang lain, ada tari kecak, remo, reog, dan lain-lain.


Dengan adanya tagline ini, Negara Indonesia bisa dikenal luas oleh wisatawan asing. Membangun sebuah branding nation  itu sangatlah tidak mudah, karena membutuhkan kerjasama dan dukungan yang baik dari berbagai pihak dan Pemerintah. Selain itu, untuk mempromosikan satu branding nation tidak hanya di media cetak dan offline saja melainkan media online dan televisi. Belajar dari Negara tetangga, hampir setiap hari tayangan branding nation  muncul di jam-jam tayangan iklan, bukan hanya itu saja melainkan budaya-budaya merekapun ditayangkan di televisi. Misalnya lagu national yang dikemas dengan baik untuk dijadikan iklan.. Siapa sih yang tidak mau Negara Indonesia berkembang, jika branding nation berhasil memberikan dampak yang positif bagi Negara ASEAN khususnya, maka secara otomatis image country juga akan bernilai positif di Negara ASEAN dan di mata dunia.





Tuesday, 27 August 2013

Borobudur vs Angkor Wat, Serumpun atau Tidak?

Jika ada yang bertanya sudah pernah ke Candi Borobudur?pasti saya langsung menjawab, sudah dong. Sudah pernah ke Candi Angkor Wat?itu loh yang di Kamboja?owh,lihat langsung ke Kamboja sih belum pernah tapi lihat di layar televisi sering banget hehe.


Candi Borobudur vs Candi Angkor Wat
Candi Borobudur, ya siapa yang tidak tahu candi yang satu ini. Candi ini terletak di Magelang Jawa Tengah ini dibangun pada abad ke 8 dan 9 pada masa puncak kejayaan wangsa Syailendra bernama Raja Samaratungga di Jawa Tengah. Tidak seperti candi-candi yang lain, Borobudur di bangun diatas tanah datar diatas bukit dengan ketinggian 265 m (870 kaki) dari permukaan laut dan 15 m (49 kaki) di atas dasar danau purba yang sudah mengering.Pada tahun 073 dilakukan pemugaran besar-besaran yang mendapat dukungan dari UNESCO, mulai saat itulah Borobudur kembali menjadi pusat keagamaan dan ziarah agama Buddha. (wikipedia)
Candi Angkor Wat yang tidak kalah terkenalnya di dunia yang terletak di kota Siem Reap Kamboja dibangun pada abad ke 12 pada masa pemerintahan Raja Suryavarman II. Angkor Wat terletak di dataran Angkor yang juga dipenuhi bangunan kuil yang indah, tetapi Angkor Wat merupakan kuil yang paling terkenal di dataran Angkor. Pada akhir abad ke 13, Candi Angkor Wat dialihfungsikan yang awalnya dari Candi Hindu menjadi Candi Buddha Theravada. Angkor Wat sendiri berasal dari kata Angkor yang berarti Negara dan Wat berarti Kuil, jika digabungkan Angkor Wat berarti Negara Kuil.(wikipedia)


Arsitek yang Sama
Berdasarkan prasasti Kayumwungan yang bertanggal 26 Mei 824, Candi Borobudur di rancang oleh arsitektur Gunadarma dan memakan waktu selama 75 tahun. Padahal pada saat itu belum ada komputer dan peralatan canggih tapi Gunadarma mampu merancang sebuah Candi Borobudur yang sangat indah.
Jauh sesudah Candi Borobudur dibangun, pada abad ke 12 Raja Suryayarman II membangun sebuah Candi Angkor Wat, dan menurut legenda Kamboja candi ini di rancang oleh arsitektur yang sama dengan Candi Borobudur yaitu Gunadarma.(link)


Menurut penjelasan ahli sejarah, relief Borobudur ada kemiripan dengan Candi Angkor Wat, yang berada di Kamboja. Padahal, Borobudur dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat ada.  Apakah ini menandakan bahwa negara-negara di ASEAN itu serumpun? 

Sebenarnya serumpun atau tidaknya Negara-negara ASEAN itu bisa kita lihat dari budaya masing-masing Negara yang hampir sama, misalnya saja bahasa melayu resmi digunakan oleh Negara Malaysia, Singapore , Brunai, Thailand, dan Indonesia (meski hanya beberapa persen daerah yang menggunakan bahasa tersebut). Begitupun dengan ras dan suku yang mayoritas mempunyai kesamaan antara satu dengan yang lainnya.
Salah satu dari ketiga pilar ASEAN Community adalah ASEAN Social dan Cultural Community (ASCC), dimana ini bertujuan untuk saling bekerjasama dibidang sosial budaya agar tercipta masyarakat yang saling peduli, berbagi, mengenal, dan menghargai antara budaya. Dengan adanya komunitas sosial budaya diperlukan adanya kerjasama yang baik antar Negara ASEAN untuk mengenal dan menghargai keragaman budaya masing-masing Negara. Jika Indonesia terkenal dengan Candi Borobudur yang terbesar dan termegah di Dunia maka Kamboja juga memiliki candi yang sangat bersejarah dan megah yaitu Candi Angkor Wat.

Jadi,serumpun atau tidak ya...??