Andai saja pulang
mudik terencana, andai saja libur lebaran suami tahun ini bisa direncanakan,
maka saya sudah siap dengan ransel kesayangan dan tiket pesawat di genggaman tangan.
Tapi,lagi-lagi Allah punya rencana lain…kami lebaran di Batam.
~tjatatan koe~
Disaat
orang lain sibuk menyiapkan barang-barang yang akan di bawa mudik, saya dengan
santai masih duduk manis di depan leptop.
Menunggu kabar dari suami, kira-kira kami bisa pulang kampung tidak?, bisa
berlebaran di Jawa tidak?, bisa jalan-jalan keliling Jawa Timur tidak?, bisa
makan masakan lebaran khas ibu Jombang tidak?, atau masakan khas ibu mertua di
Ponororgo?. Berhubung libur lebaran di tempat kerja suami belum bisa
direncanakan karena masih ada proyek pembangkit listrik di daerah pelosok,
akhirnya tiba-tiba tanggal 4 agustus suami sudah pulang ke Batam. Dengan sigap
saya mengecek tiket pesawat untuk satu mingguan, tapi ternyata seat are full. Dan dengan lapang dada
kamipun berlebaran di Batam.
H-1
agak bingung karena saya baru pertama kali lebaran di rumah sendiri, di Batam
pula lebarannya karena tahun lalu pulang kampong jadi sudah terbiasa dengan
tradisi lebaran ala Jawa Timur. Menurut informasi dari teman-teman bahwa
lebaran di Batam itu kebanyakan acara open
house, lagi-lagi saya tidak punya bayangan sedikitpun. Akhirnya saya dan
suami belanja air kaleng 1 pak, air mineral 1 dus, dan beberapa camilan instan. Itupun masih bingung, gimana ya besok??? *dilema baru jadi
mbak rumah tangga hehe*.
Alhamdulillah,
lebaran tiba…
Shalat
Ied di perumahan tempat saudara “bulek”
tinggal, tidak ada yang berbeda karena kegiatan shalat Ied seperti biasa. Sampai
rumah bulek kue-kue lebaran sudah
tertata rapi, dan satu meja di ruang keluarga. Ternyata isinya makanan berat,
ada gule, ada opor ayam, lontong, dan masih banyak lagi. Setelah acara sungkeman selesai, kamipun sekeluarga
makan bersama. Tidak lama kemudian ada tamu karyawan bulek datang, duduk sebentar
minum minuman kaleng lalu dipersilahkan menikmati hidangan lebaran *aih,ini
baru satu rumah loh hehe*.
Inilah yang
berbeda dari lebaran-lebaran saya sebelumnya, jika biasanya saya di Jombang atau Ponorogo tradisi
mertamu itu hanya menikmati camilan
atau kue-kue lebaran yang ringan lalu dilanjutkan dengan berbincang-bincang dan
terakhir pamitan, bonusnya sih dapat amplop hehe. Di Batam, benar-benar
berbeda. Kue lebaran hanya tersentuh 5 - 10 % saja karena tamu langsung disuruh
untuk menikmati makanan berat, yang unik di Batam adalah karena kebanyakan
masyarakatnya dari berbagai daerah atau pulau maka makanannyapun berbeda. Di
rumah orang Padang saya menikmati lontong sayur ala Padang, di rumah orang Palembang
jejeran pempek dan tekwan sudah ada di meja makan tinggal pilih sesuai
kemampuan perut hehe, di rumah orang Jawa saya berbeda-beda, ada yang masak
lontong sayur dan opor ayam, ada yang masak bakso, dan ada pula yang masak tekwan
hehehe…fabiayyiaalaairobbikumaa
tukadzzibaan!!
Tradisi
yang istimewa di hari yang istimewa ini, jangan sekali-kali tanya, ”kenyang nggak?”. Hiyyyaaaa…yang keliling
dari satu rumah ke rumah lain hanya makan kue kering aja kekenyangan apalagi
yang makan makanan berat. Dijamin kurus dalam hitungan jam hehehe.
Bagi
saya lebaran tidak di kampung halaman itu sedih sekali karena tidak bisa
bertemu dan sungkem langsung dengan orangtua dan saudara. Tapi,
lagi-lagi Allah punya rencana lain. Belajar banyak hal di negeri sebrang dengan
saudara-saudara baru yang insya Allah berkah
amin...
Ini Tjerita Hari Rayaku, mana
ceritamu???
Selamat
hari raya idul fitri, mohon maaf lahir batin. Kullu aam wa antum bikhoir…^^
*****