Satu hari saya
mendapatkan cerita dari seorang teman bahwa patner
mengajarnya di sebuah sekolah taman kanak-kanak (di sekolah lain di kampungnya) sering memperlakukan anak
didiknya semena-mena, yang lebih parah adalah ketika breaktime. Di sekolah PG/TK seperti di tempat saya mengajar, saat breaktime anak-anak biasanya makan nasi,
mi goreng, ada juga yang hanya membawa bekal roti, kue kering, dll. Beberapa
anak ada yang lama mengunyah makanannya padahal waktu breaktime + 45 menit, dan akhirnya guru tersebut marah-marah
lalu perlahan menghampiri satu siswa yang memang anaknya aktif dan tidak bisa
cepat dalam mengunyah. Dengan sigap guru tersebut membuka saos sambal yang
selalu tersedia di meja tempat penyimpanan bekal anak-anak dan guru, ditaruhnya
di dalam makanan anak lalu guru tersebut menyuapinya. Otomatis anak tersebut
cepat mengunyah makanannya karena pedas, dan itu berlangsung sampai makanannya
habis tidak tersisa.
Astaghfirullah..Ucap
batin saya ketika mendengar cerita dari teman, spontan saya bertanya kepada
teman saya mengenai hal tersebut. Mengapa hal itu terjadi?mengapa kamu tidak
mengingatkannya?.Teman saya tidak berani mengingatkan patnernya, hanya bartanya saja mengapa harus seperti itu? Disamping
itu ia juga tidak berani mencegahnya untuk tidak berbuat hal seperti itu. Usut punya usut
ternyata mengapa teman saya itu tidak berani mencegah perbuatan tersebut karena
patnernya galak, suka menyuruh,
pokoknya bossy banget. Sedangkan
karakter teman saya ini lemah lembut dan penurut.
Terkadang
saya nggak habis pikir, kok bisa sampai setega itu ya? mencampur makanan
anak-anak dengan saos sambel lagi, astaghfirullah..kita
kan guru, objeknya anak-anak usia lima tahun ke bawah. Jadi mau tidak mau kita
harus sabar menghadapi anak-anak tersebut, jujur saya tidak ada pengalaman
sekalipun mengajar di level playgroup tapi setahun yang lalu pihak
management menaruh saya untuk mengajar di level
playgroup karena saya dari urusan
Psikologi begitu alasan mereka. Baiklah, dengan niatan tulus dan senang hati
saya mencobanya *maklum biasanya ngajar SMP-SMA hehe*. Hanya observasi dua hari
dan selanjutnya belajar secara otodidak, belajar dari patner dan akhirnya Alhamdulillah
saya bisa. *hurrreyyyyy!!!*
Sabar,
itulah kuncinya jika mengajar anak-anak. Pengalaman saya saat anak-anak
breaktime, kebetulan satu kelas
dibagi menjadi dua atau tiga meja. Masing-masing meja ada guru satu untuk
mendampingi anak-anak, jika tidak satu bangku dipilih anak-anak yang sigap
makannya dalam artian sudah bisa makan sendiri misalnya memakai sendok sendiri,
tidak ramai, cepat mengunyah. Dan saya beserta patner duduk di meja bersama anak-anak yang belum bisa makan
sendiri, mengunyah lama, belum bisa pakai sendok, dan mungkin ada yang rewel
tidak mau makan bekalnya. Jadi bagaimana caranya agar anak-anak ini bisa
menghabiskan bekal makanannya dengan baik dan tidak rewel. Waktu 45 menit itu
tidak lama apalagi untuk anak-anak, jika kelompok yang makannya sudah mandiri
selesai ajak mereka untuk bermain sendiri di karpet. Guru fokus menemani
anak-anak yang lambat menghabiskan makanannya, bisa dengan menyuapinya dengan bercerita.
Dengan begitu anak akan senang, jika waktu breaktime
sudah selesai maka mau tidak mau makan disudahi karena waktunya pulang,
setidaknya separuh bekal sudah dihabiskan oleh anak. Jangan lupa, jika anak dijemput
sampaikan kepada orangtua mengapa bekalnya masih sisa.
Jangan
sampai guru tercoreng gara-gara perilaku yang tidak semena-mena kepada siswa, termasuk
kejadian seperti diatas. Naudzubillahi
min dzalik…semoga kita dijauhkan dari perilaku yang tidak semena-mena
amin..semoga bermanfaat ^_^.
*****
Batam, 14 juli 2013