Baiklah, lagi-lagi saya mau curhat nih
*curhat mulu nih guru beka haghagahag*. Pagi tadi pas anak-anak breaktime, kebetulan saya selesai
mengajar di kelas 8a dan duduk-duduk di depan lab komputer. Tiba-tiba saya
mendapat kabar dari seorang guru bahwa ada anak SMK bertengkar di kantin dan
salah satunya ada yang menampar pipi. Beuh
rasanya miris dengar ceritanya, setelah saya telusuri dari beberapa saksi
guru yang sedang makan di kantin akhirnya saya mencari kedua anak SMK tersebut
untuk saya mintai keterangan. Tapi, ketika saya sampai di depan kelasnya
ternyata mereka sudah dipanggil oleh kesiswaan *yah,kalah sigap nih saya hehe*.
Setelah jam makan siang selesai, satu
persatu kedua siswa/siswi (satu perempuan dan laki-laki) SMK yang bertengkar
dikantin tadi pagi saya panggil untuk dimintai keterangan. Selidik punya
selidik ternyata mereka punya masalah pribadi yang awalnya hanya masalah
sepele, lalu diungkapkan di twiter, merambat
dibawa ke sekolah (karena memang satu sekolah) akhirnya berujung pertengkaran
di kantin dan dampaknya salah satu dari mereka main tangan yaitu menampar. Heummm…
Semua guru sudah merapat untuk
menasehati dan memarahi kedua siswa/siswi SMK tersebut, mulai dari kepala
sekolah, kesiswaan, wali kelas, guru agama dll. Lalu kemana guru BK?, mungkin karena saya
tidak ada di tempat dan sedang di lantai 2 akhirnya saya ketinggalan berita
ini. Tapi perlahan saya memanggil mereka berdua setelah saya minta keterangan
dari mereka masing-masing mengenai permasalahan yang mereka alami saat itu. Ketika
mereka saya dudukkan, tidak ada yang mau mengalah karena memang kedua anak ini
sama-sama wataknya keras. Yang laki-laki (pihak penampar) menganggap masalahnya
beres tapi yang perempuan (pihak ditampar) bersikekeh tidak mau berdamai dan
akan memperpanjang masalah. Oh
My…
Setelah saya memberi sedikit cerita
tentang sebab akibat, saya memberi saran dan nasehat kepada mereka. Kalaupun
mereka sadar saya sangat bersyukur tapi jika mereka tetap dengan pendirian
mereka masing-masing apa boleh buat, setidaknya saya dan guru-guru sudah memberi
saran kepada mereka berdua.
Pada dasarnya masalah seperti ini
bukan masalah sekolah, itu masuk pada masalah masing-masing individu. Dimana
mereka mempunyai masalah pribadi yang akhirnya masuk ke lingkungan sekolah,
yaitu bertengkar di kantin sekolah. Tugas saya dan guru hanya memberi nasehat
untuk tidak lagi membawa masalah pribadi ke sekolah. Yang sangat saya khawatirkan
adalah ketika kejadian menampar berlangsung di kantin, saya khawatir
ada anak-anak PG/TK yang sedang
berada di kantin untuk membeli sarapan atau anak SD yang sedang berenang (kolam
renang tepat berada di samping kantin) mereka melihat kejadian tersebut. Inilah
yang membuat saya marah kepada siswa/siswi ini, kita tidak akan pernah tahu bahwa
suatu saat nanti mereka mencontoh hal tersebut. Who knows?? Lagi-lagi
kita tidak akan pernah tahu, karena prinsip belajar itu datangnya dari mana
saja oleh siapa saja termasuk dari kakak kelas dan lingkungan sekolah mereka.
Sangking marahnya tentang hal
tersebut, saya bilang ke siswa/siswi seperti ini :
“Okey,
kalau mau jambak-jambak’an…tampar-tamparan…cakar-cakaran…silahkan diluar
gerbang sana. Jangan di area sekolah!!!lihat, ada anak PG, anak TK, anak SD..paham???”
Mereka hanya diam dan mengangguk, tak
lama setelah itu konseling kali ini selesai sampai disini. Saya ingin
memastikan ke wali kelas untuk pemanggilan orangtua karena mereka harus
mengetahui kejadian ini.
Isnain mubaarak, bukankah semua
hari itu membawa berkah???
semoga bermanfaat, baarakallah..^^
- - - - - - - - - -
Pelita, Batam..27 mei 2013