Awal bulan juli kemarin saya mengalami
satu kondisi dimana saat itulah seumur hidup saya baru pertama kali mengalami drop gara-gara minum jamu. Sudah menikah
dua tahun tapi Allah belum memberikan titipan kepada kami seorang anak, dan
tanpa sepengetahuan saya ibu membuatkan saya jamu. Dengan harapan agar anaknya
(saya) lekas diberi titipan seorang anak, siapa tahu lewat perantara jamu yang
ibu racik. Kebetulan keluarga kami suka jamu karena ibu sering membuat dan
meracik jamu sendiri, tanpa banyak tanya ketika ibu menyuruh saya meminum jamu
tersebut saya langsung meminumnya. Satu jam kemudian perut saya melilit,
ibaratnya seperti diaduk-aduk, mual dan ingin muntah. Tapi sampai dua jam tidak
juga muntah hanya merasa mual yang sangat hebat, saya merasa sangat tersiksa
dengan kondisi tersebut. Sampai akhirnya jam tiga sore saya muntah, rasanya
benar-benar sakit di tenggorokan. Selain muntah, saya juga BAB itupun yang
keluar cairan. Bagi saya seumur hidup baru kali ini saya mengalami muntaber
(muntah dan berak), rasanya memang menyiksa sekali karena mungkin baru pertama
kali. Merasa mual dan tiba-tiba muntah berupa cairan bukan nasi, ada kurang
lebih sepuluh kali begitupun dengan BAB. Jam lima sore saya langsung di bawa ke
dokter dan dokter menganjurkan untuk meminum degan hijau, setelah minum degan
hijau terakhir muntah jam tujuh malam. Setelah itu makan nasi dan minum obat,
paginya Alhamdulillah sudah membaik dan langsung berangkat ke bandara menuju
Batam.
Dari kejadian tersebut, saya tersadar
bahwa sebelum minum jamu kondisi perut saya dalam keadaan kosong. Sama sekali
belum terisi nasi, dan saya langsung meminum jamu yang diberikan oleh ibu saya.
Biasanya jamu diminum sebelum makan, tapi berhubung jamu juga bisa merangsang
lambung, maka jamu bisa diminum setelah makan. Sehingga tidak akan terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, seperti yang saya alami, karena kebetulan saya punya
riwayat maag dan asam lambung sering naik maka terjadilah goncangan di dalam
perut yang mengakibatkan muntaber.
Sebenarnya minum jamu sudah menjadi
bagian dalam keluarga saya, sejak kecil ibu sering meracik jamu untuk konsumsi
sendiri terkadang diberikan kepada tetangga. Lebih sering membuatkan oleh-oleh
jamu jika ada tetangga yang sakit. Beberapa jamu yang sering dibuatkan ibu, ada
tiga jamu yang kebetulan saya catat di buku resep. Setidaknya jika saya ingin
membuat jamu tinggal beli bahan di pasar tradisional dan menggodok sendiri di
rumah, bahkan kalau saya merasa kecapean dan pas telpon ibu langsung disuruh
membuat jamu.
Jamu
beras kencur
Bahan : kencur, jahe, bawang putih,
merica, asem jawa, gula, garam
Cara : di godok semuanya sampai airnya
setengah
Biasanya ini diminum saat badan terasa
capek, pegal linu.
Jamu
pait-paitan
Bahan : temulawak/temuireng, lidah
buaya, daun meniran, lempuyang, daun sirih
Cara : di godok semuanya sampai airnya
setengah
Biasanya ini diminum saat perut mules,
sariawan, panas dalam, ambeien.
Bedak
beras (jamu berupa bedak)
Bahan : beras, kunir, bunga kenanga
Cara : beras di rendam dengan air
selama beberapa hari, setelah itu di remat sampai lembut lalu disaring dengan
kain tipis, parut kunir dan ambil airnya lalu campurkan ke beras yang sudah
lembut, biarkan sampai airnya habis, lalu campur dengan bunga kenanga, bentuk
bulat-bulat kecil lalu di jemur.
Bisa digunakan untuk lulur badan dan
masker wajah.
ini bedak beras buatan ibu,ambil 2 butir lalu tambahkan air jadlah masker untuk wajah
Saat ini mayoritas masyarakat
Indonesia jika sakit lebih memilih untuk melakukan penyembuhan melalui jamu, mungkin
sebutan jamu lebih mengarah ke zaman dahulu, kuno, embah-embah, nginang, obat
tradisional dan lain sebagainya. Tapi belakangan ini jamu lebih popular dengan
sebutan herbal atau herba. Jamu sendiri dibuat dengan berbagai bahan alami yang
ada disekitar kita, mulai dari akar, buah, daun hingga kulit batangnya. Dan
cara pengolahannya pun tidak terbilang rumit, ada yang hanya di godok atau di
rebus saja hingga mendidih terkadang hingga airnya setengah dari takaran awal. Ada juga yang di parut lalu di peras dan di
saring lalu langsung di minum, ada juga yang setelah di saring di campur dengan
air matang dan ditambah madu sehingga tidak terasa pahit dan getir.
Saat ini penjual jamu ada di
mana-mana, di Batam jamu gendong bisa saya temui di depan pasar tradisional,
jamu motor (penjualnya naik motor) bisa saya temui di komplek tempat saya
tinggal karena penjual jamu motor ini selalu keliling di komplek setiap pagi. Sedangkan
jamu yang sudah di kemas dan di bungkus bisa saya temui di apotik dan rumah
herbal. Jamu selalu identik dengan racikan yang di minum, tapi ada juga jamu
dalam bentuk bedak yang di gunakan untuk perawatan/lulur badan dan masker wajah,
namanya bedak beras.
Jamu memiliki banyak khasiat dan
manfaat, jika sakit pusing dan pegal-pegal saya lebih memilih untuk tidak
mengkonsumsi obat modern. Minum madu dan air hangat lalu tidur menggunakan baju
tebal dan istirahat. Manfaat jamu tidak hanya bertahan satu atau dua hari saja
melainkan dapat bertahan lama untuk kesehatan dan kecantikan. Menurut saya,
sampai saat ini tradisi minum jamu tidak tergerus oleh zaman yang semakin hari
semakin modern. Saya kira ketika saya pindah ke Batam tidak akan lagi menemui
penjual jamu gendong, ternyata salah. Hampir beberapa kali singgah dan belanja
di pasar tradisional yang berbeda saya masih bisa menemui mereka, ada yang
masih di gendong, ada yang naik sepeda ontel, bahkan ada yang menggunakan
sepeda motor. Jika di Jawa saya lebih sering menemui penjual jamu di siang
hari, maka di Batam saya menemui penjual jamu di pagi hari dan itupun antri.
Tidak hanya ibu-ibu saja yang membeli tapi bapak-bapak yang menunggu istrinya
belanja juga membeli jamu. Sungguh, sampai kapanpun jamu tetap ada karena
memang sudah menjadi tradisi dan kebiasaan dari kecil. Jika saat ini banyak
orang yang memilih kembali ke alam, lalu bagaimana dengan anda?
Semoga bermanfaat…