Mengenal Budi Sugiarto : Sosok Pendaur Ulang Limbah Styrofoam. Minggu lalu saat sepulang menghadiri satu undangan, saya sempat melihat dua orang keluar dari toko sembako dengan membawa 2 bal wadah makanan yang bisa kita temui dimana saja. Yaitu styrofoam, salah satu wadah makanan yang dinilai cukup praktis dan murah.
Dibalik Styrofoam Wadah Ekonomis yang Membahayakan
Ya, styrofoam wadah yang banyak sekali pemikatnya menjadi ketakutan sendiri ketika kita tau bahaya yang mengintai. Namun dibalik wadah berwarna putih yang nilainya cukup ekonomis ini ternyata cukup membahayakan bagi kesehatan, lingkungan dan masuk kategori sampah abadi. Bukan hanya untuk kondisi kesehatan tapi juga membahayakan untuk lingkungan. Bagaimana tidak, untuk satu buah styrofoam saja setidaknya perlu waktu sekitar 1 juta tahun lebih agar benar-benar terurai. Bayangkan saja, itu untuk satu styrofoam saja lho. Sedangkan jika kita amati di lingkungan kita, hampir setiap penjual makanan seperti seblak, mi goreng dan batagor masih eksis menggunakan wadah styrofoam.
Bahkan di desa daerah tempat tinggal orangtua saya, makanan yang dibawa pulang dari sebuah pesta pernikahan atau sejenisnya, wadah makanannya mayoritas menggunakan styrofoam. Kebayang nggak seberapa banyak sampah sterofoam di TPA?. Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah melakukan penelitian di 18 kota utama Indonesia. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa sebanyak 270.000 hingga 590.000 ton sampah masuk ke laut Indonesia selama 2018. Dari jumlah sampah tersebut, didominasi oleh styrofoam. Untuk itu, perlu adanya kesadaran dari masyarakat dan Pemerintah untuk lebih bijak dalam menggunakan dan memilih wadah pembungkus makanan. Jika styrofoam membahayakan, Pemerintah khususnya bisa mengambil langkah khusus seperti memberikan alternatif lain wadah pembungkus makanan yang lebih ramah lingkungan. Sehingga kita bisa membantu melawan polusi, mengurangi limbah dan pencemaran lingkungan.
Mengenal Budi Sugiarto : Sosok Pendaur Ulang Limbah Styrofoam
Tahun 2017 yang lalu, bermula saat Budi Sugiarto dan ayahnya Surani mengumpulkan berkarung-karung sampah styrofoam dari sungai hingga ke ujung pantai di Kepulauan Seribu. Namun ia kebingungan bagaimana caranya membawa sampah sebanyak itu ke daratan. Akhirnya ia menemukan satu cara yaitu dengan melelehkan sterofoam di tempat.
Siapa sangka di tangan Budi Sugiarto dan ayahnya, ternyata styrofoam bisa didaur ulang menjadi beragam karya kerajinan yang luar biasa. Mulai dari batako hingga sebagai bahan untuk membuat lukisan timbul. Caranya juga cukup mudah yaitu dengan melelehkan styrofoam terlebih dahulu lalu bisa dikreasikan dengan ditempelkan pada kanvas yang telah digariskan sketsa wajah atau objek lukisan lain.
"Pemanfaatan limbah styrofoam ini bisa untuk mengurangi sampah dan lingkungan. Memang, kemarin ada pro kontra dari sisi lingkungan kalau digunakan untuk bungkus makanan. Bisa kanker. Kalau ini kan saya buat untuk pajangan," ujar Surani, ayah Budi Sugiarto.
Bahkan limbah styrofoam saat ini sudah banyak digunakan oleh banyak pelaku seni untuk membuat berbagai karya seni dan dekorasi. Seperti untuk pajangan hingga dekorasi karnaval. Selain itu, Budi Sugiarto juga membangun sebuah akademi yaitu Re-cycle Academy, wadah untuk memberikan pelatihan kepada mahadiswaatau warga yang ingin kendur ulang sampah. Sudah banyak bahkan ribuan karya lukisan dari daur ulang styrofoam yang dihasilkan, tapi yang terjual sekitar ratusan dengan kisaran harga 5-20 juta. Wow, sekali ya..karya seni dibuat dengan bahan limbah styrofoam , hasil lukisan yang unik dan menarik bisa dijual dengan harga fantastis.
"Lukisan sudah mencapai ribuan saya buat dari styrofoam. Tapi yang terjual baru ratusan, dengan harga kisaran harga antara Rp 5-20 juta," ujar Surani ayah Budi Sugiarto.
Berkat usaha dan inovasinya mendaur ulang limbah styrofoam, Budi Sugiarto memperoleh penghargaan SATU Indonesia Award yang diberikan oleh PT ASTRA International Tbk, kategori bidang lingkungan. Sukses selalu, semoga program dan inovasi daur ulangnya terus berkembang dan menjadi inspirasi untuk masyarakat Indonesia agar bisa terus menjaga bumi dengan bijak.
Sumber :
https://citarumharum.jabarprov.go.id/salah-satu-sampah-abadi-hindarilah-penggunaan-styrofoam/
https://koran-jakarta.com/kala-limbah-styrofoam-berlabuh-dalam-kanvas
No comments:
Post a Comment