Pengalaman Yang Tidak Terlupakan Saat Melakukan Perjalanan Lintas Timur Sumatera. Menulis judulnya saya langsung flashback ke beberapa tahun yang lalu, tepatnya tahun 2015 akhir. Tanpa ada desas-desus tiba-tiba saat suami pulang dari kerja, beliau mengabari kalau dapat SK pindah ke Jawa. Auto lemes dong ahahaha...lemes karena seneng banget bakal pulang ke Jawa. Yeay... dan yang bikin terkejutnya lagi, 2 minggu kedepan suami sudah harus ngantor.
Setelah sepakat bahwa kita akan pindah hanya membawa barang yang kita butuhkan dan pas di mobil. Jadi nggak pake lama esok harinya kita mulai bersiap, mulai dari ngurusin rumah kontrakan, jual sepeda motor, beresin rumah, barang dan tentunya bilang ke beberapa tetangga dekat. Termasuk memberi tahu mereka siapa aja yang mau perkakas rumah tangga, seperti wajan, ember, 2 kasur dan lain sebagainya.
Oke, perjalanan lintas Timur Sumatera kali ini dimulai dari Siak-Riau kemudian Jambi, Palembang, Lampung, kemudian nyebrang di Bakauhuni, Banten, Jakarta dan Jawa Barat tepatnya di Subang. Kami menggunakan mobil Honda Jazz yang 3 hari sebelum berangkat kami servis di Pekanbaru. Jadi benar-benar kondisi kendaraan harus fit dan sehat. Berbekal Bismillah, ini juga menjadi pengalaman pertama suami nyetir mobil sendirian selama 3 hari 3 malam lewat jalu Lintas Timur Sumatera yang mayoritas areanya hutan.
Pengalaman Yang Tidak Terlupakan Saat Melakukan Perjalanan Lintas Timur Sumatera
Yang wajib dibawa
Akhirnya perjalanan pun dimulai, dua hari sebelum keberangkatan Alhamdulillah sepeda motor ada yang beli. Duh ini drama banget pokoknya, tapi Alhamdulillah setelah itu lancar. Setelah sepeda motor terjual, waktunya mempersiapkan hal-hal yang wajib dibawa saat perjalanan. Yang wajib banget yaitu foto copy peta lintas timur Sumatera, kebetulan tahun itu tol belum ada jadi kami lewat jalur bawah. Tidak ada pengalaman sama sekali, berbekal Bismillah setelah sholat subuh kami berangkat. Berangkat dari Siak Riau pukul 04.30 masih cukup petang, mobil bagian tengah dan bagasi belakang benar-benar penuh banget jadi Aqla yang waktu itu masih berusia 7 bulan selama perjalanan saya pangku. Bagian depan atau kaki tidak ada, memang sengaja dikosongin biar saya nyaman. Tidak lupa stok makanan dan minuman seperti air mineral,teh dan kopi.
Sabar mencari tempat istirahat
Hanya berbekal peta lintas timur Sumatera, Alhamdulillah perjalanan kami lancar. Satu hari bisa istirahat 3 kali, tengah hari untuk makan siang biasanya pukul 12.00 atau bisa sampai lebih atau seketemunya warung makan di perjalanan. Karena lintas Sumatera, sudah pasti 60% jalan yang kami lewati adalah hutan. Kanan kiri yang terlihat adalah pohon, ya layaknya hutan. Tapi biasanya ada rest area juga, jadi ada beberapa rumah makan, mushola dan toilet yang cukup nyaman. Alhamdulillah bisa makan sambil istirahat sebentar. Tapi ya gitu, untuk mencari tempat istirahat yang nyaman dan aman memang butuh kesabaran, terkadang kami melewati satu rumah makan tapi sepi. Nah kayak gini nih yang bikin kami deg-degan, apalagi kami tidak punya pengalaman melakukan perjalanan sejauh ini.
si bayi 7 bulan 3 hari 3 malam kerjaannya di mobil pegang peta,ngoceh,tidur |
Jam 22.00 wib wajib istirahat
Sama halnya dengan rumah makan, di area lintas Timur Sumatera kami juga mengalami kesusahan saat mencari penginapan. Makannya ketika kita melakukan perjalan, harus bener-bener memastikan malam hari harus berada di kota, minimal daerah yang ramai. Karena kita membutuhkan waktu 3 hari 3 malam perjalanan, jadi setiap malam kami harus mencari penginapan secara dadakan. Kalau pas maghrib sampai di kota, rasanya hati tenang banget karena banyak sekali penginapan atau hotel. Berbeda lagi kalau jarak tempuh antar provinsi atau kota yang cukup jauh, nggak bisa memprediksi waktu. Jadi sebisa mungkin jam 22.00 harus stop nyetir dan istirahat, hanya sekali yang butuh waktu lama gara-gara cari daerah yang ramai dan ada penginapannya. Waktu itu sampai juga jam 23.10 baru mulai terlihat ada penjual warung lalapan akhirnya berhenti untuk makan malam sekalian tanya-tanya. Untungnya cuma butuh waktu 20 menit aja. tau nggak nama kotanya, yaitu Palembang hahahaha...ugh,bener-bener ya..nggak terlupakan banget deh sama Kota Palembang ini ahahaha..
Kalau misal kita istirahat dan tidur di malam hari, otomatis suami yang bagian nyetir khususnya merasa fresh, fit kembali tenaganya.Bayangin aja non stop nyetir seharian kan lumayan banget tuh badan kayak digebukin ahahaha. Apalagi ini bukan yang biasa nyetir lama, jadi bener-bener pengalaman pertama banget.
Dadakan banget pas tau Gmaps ngelewatin kita di Jembatan Ampera heuheu |
Penginapan/hotel yang murah
Selama 3 malam kami menginap di hotel yang berbeda, rata-rata harga sewa hotel permalamnya lumayan terjangkau. Seingat saya waktu itu hampir semuanya harganya mulai dari Rp 200.000 - 250.000an sudah termasuk sarapan yang diantar ke kamar. Saat mencari penginapan di area Sumatera, kami tidak mencari lewat aplikasi dan sejenisnya karena hampir setiap jalan ramai area kota di lintas Timur Sumatera ini pasti ada beberapa penginapan di pinggir jalan. Pokoknya kalau sudah sampai area yang ramai setelah maghrib pasti kita berhenti. sampai di Subang kami baru menggunakan aplikasi, harganya cukup terjangkau 200.000 permalam sudah plus sarapan.
Masih banyak sekali pengalaman yang tidak terlupakan saat melakukan perjalanan Lintas Timur Sumatera. Tapi selalu ada hal yang baik dari setiap perjalanan, Alhamdulillah pengalaman ini benar-benar berharga. Saat perjalanan nggak ada perdebatan, slow aja gitu rasanya, menikmati setiap momen ahhey...Alhamdulillah.
Teman-teman, ada yang pernah melakukan perjalanan Lintas Timur Sumatera?ayo dong sharing...
Serba dadakan pindahnya, tapi masyaAllah kabar baik kembali ke Jawa, ya. Perjalanannya juga enggak mudah, banyak yang diurus pula. Si anak keliatan pulas banget tidurnya, jam 10 malam memang waktunya istirahat bagaimana pun itu, ya. Lewat jembatan Ampera yang selama ini bikin aku penasaran hemm, gimana rasanya di sana. Terima kasih sharingnya!
ReplyDelete