Gendis
masih membolak-balik lembaran buku yang ada di depannya, setelah ia baca sampai
akhir perlahan ia mencari kertas dan bolpoin lalu menulis ulang sebuah puisi
apik duo antara Dewa dan HM Zwan.
“izinkan aku meramumu dalam senja”
***
Meski ku tahu dan
ku tak mau tahu
Tiap jengkal
waktu kuramu setiap rasa yang jemu
Karena ku tahu
itu karena ulahmu
Adakah secuil
ramuan indah yang kau ramu untukku?
***
Bahkan aroma
nafas tubuhmu tak lagi mampu kukecap
Hanya sekejap kau hadir untuk kembali berlalu
Sudikah berlama di dermagaku?
Hingga sempurna ramuan yang kau buat mampu kurasa
***
Sungguh, diantara luasnya mata memandang
Hanya sekejap kau hadir untuk kembali berlalu
Sudikah berlama di dermagaku?
Hingga sempurna ramuan yang kau buat mampu kurasa
***
Sungguh, diantara luasnya mata memandang
Diantara ribuan
gemerlap cahaya lampu neon
Hanya kau yang
ada dalam silauan senja
Meski kicauan
burung tak pelik terus menggodaku dalam remang
Percayalah, aku
ada…hanya untukmu
***
Sekarang, dan
saat ini
Ditemani
secangkir kopi buatan kang japri
Aku masih
meramumu dalam senja
Dengan romansa
indah yang kita lalui bersama
Dengan indra
perasaku, meski pahit
***
Duhai kau yang membuatku jatuh pada senja
Ramulah aksaramu, seindah yang kau mampu
Hingga mampu kuraba sebelum senja benar-benar berganti malam
Dan rona keemasannya berganti pekat...
Duhai kau yang membuatku jatuh pada senja
Ramulah aksaramu, seindah yang kau mampu
Hingga mampu kuraba sebelum senja benar-benar berganti malam
Dan rona keemasannya berganti pekat...
***
Yours…Gendis Pratiwi
Pagi-pagi
Gendis sudah berada di kampus dan segera menelpon pak kurdi penjaga kampus
untuk menemuinya. Sesampainnya pak kurdi di kantor fakultas kedokteran, Gendis
memberikan pak kurdi sebuah amplop berwarna biru muda dan setangkai bunga mawar
putih.
“pak kurdi…biasa,nitip buat
Libert ya?? .”ucap
Gendis sambil tersenyum
“siap bu Gendis yang cantik…”
Tak
lama setelah pak kurdi keluar dari kantor Gendis, ia melihat sosok Libert yang
sedang memarkir sepeda motornya. Cepat-cepat pak kurdi berlari mendekati Liber untuk memberikan amplop dan setangkai bunga
mawar putih.
“mas Libert..ini ada titipan”
“dari siapa pak..??”
“biasa…bu dosen, bu Gendis”
Dengan
malas Libert melihat amplop dan membacanya,
dear Libert Abimanyu.
“yaelah pak,kan sudah beberapa
kali saya bilang. Saya sudah menikah, ini buat pak kurdi ajalah”ucap Libert
sembari berlalu
Dari
jauh Gendis terlihat lemas melihat surat dan bunganya ditolak oleh Libert, ia sudah tidak peduli lagi padaku batinnya
lirih. Sementara itu langit terlihat mendung, dari jauh suara petir terdengar
lantang. Gendis Pratiwi, seorang dosen cantik dan juga wanita simpanan Libert
berjalan dengan airmata bercucuran, ia tidak memperdulikan muntahan hujan yang jatuh
membasahi tubuhnya,iapun perlahan lunglai dan terjatuh.
#####
“ Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway
BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."
Huhuhu.... sedih bacanya mba... :)
ReplyDeleteIkutan baca dan menyimak
ReplyDeletegendis kirain cowok lho mbak, eeh kok simpanan nya ndak mau ambil suratnya yaa mbak :D #pukpuk bu gendis.
ReplyDeletejadi suratnya salah alamat ya :)
ReplyDeleteowalah ternyata sudah menikah. hihiihhii
ReplyDelete