Saturday, 7 July 2012

Balada Sebuah Kata


Menginjak siang, sepertinya ada bintang berjatuhan. Meski begitu, aku masih terdiam dalam lamunan. Kaki-kaki kecil seketika berhamburan memungut ceceran yang tergeletak di tanah yang hampir kering. Sebab, acap kali hilang tanpa berpamitan.
..
Di sudut kamar, aku melihat beribu pasang kurcaci hitam berjalan pelan. Menuju….entah, terlalu banyak tikungan yang mungkin saja mereka tak tahu arah dan tujuan. Maka, ketika mereka bertemu di satu titik. Sebagian ada yang bersorak, sebagian lagi ada yang mengumpat. Tentunya..
..
Diujung cakrawala, aku rindu budak hatiku. Lalu kusibakkan pelan-pelan tirai bilik bambu, atas kedatanganmu yang kutunggu. Berharap masih ada satu bintang yang sengaja menyelipkan diri dibawah pohon alpukat. Seperti saat kita bersila manis menikmati jamuan sejumput rasa yang membuat lidah menggelora.
..
Sembari memungut rasa di puncak gundukan naras, bersamamu lebih indah sepertinya. Tapi untuk tidak kali ini, bukankah menikmati secangkir teman hitam bersama cakrawala jauh lebih indah. Dan, bersamamulah ku mampu memuja.
———–
Batam, 6 juli 2012
Ps. Sedang menikmati masa-masa indah bermain kata

1 comment: