Wednesday, 11 January 2012

Bait-bait Berserakan



Ambillah

Sesukamu, semaumu

Aku tak kan meminta lagi

Padamu,

Sudah,

Uruslah hasil ladangmu

Tak usah tengok aku

Bebaskan otakmu

Marahpun tak

Sedihpun tidak

Demi Tuhan

Aku lelah mas,

Dari jauh terlihat mata itu memerah, tangan gemetar dan terus memegang besi yang ada disampingnya. Memendam amarah tapi tak mau mengungkap semua, ia takut banyak yang tersakiti dengan penderitaanya, penjelasannya selama beberapa dekade ini. Cukuplah ia menanggung itu semuanya, berdiri, duduk, dan berdiri lagi. Tak lama seperti angin kencang emosi itupun meluap bak air bah yang menggulung seisi hamparan luas bumi ini. Semuapun berlari membiarkannya mengulung diri dalam air bah itu.

Pergilah

Enyahlah dari hadapku

Tak mampu ku

Tak inginku

Meringkuk dalam sepi

Merintih dalam dekapan angin

Meronta bak tali kuat mencoba putus

Cakrawala telah punah

Mimpipun berserakan

Haus mengejar pelana kuda

Bertengger dalam pucuk asa


+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Huaaaaaa,nddak tau hasilnya kok kayak gini ya..mengalir seperti air…………

MALU tapi tak usah lari…..inilah aku dengan bait-bait yang berantakan dan tak bermakna,


Malang, 17 Januari 2011. 11.23 am

3 comments:

  1. gak usah malu, bagus kok dibanding aku yg gak bisa buat puisi

    ReplyDelete
  2. aku gak peduli, tapi aku baca,..
    ------------
    eko marwanto

    ReplyDelete
  3. setuju banget sama Mbak Lidya

    ReplyDelete