Saturday, 27 June 2009

TUGAS MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN

TUGAS MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)

a. Definisi
Problem Based Instruction (PBI) merupakan salah satu model pembelajaran yang memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa. Selain itu, model pembelajaran ini melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan. Adapun peran guru adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Adapun karakteristik-karakteristik adalah sebagai berikut:
1. Belajar dimulai dengan suatu masalah
2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa
3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
5. Menggunakan kelompok kecil dan
6. Menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model ini dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Selain itu, siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan dengan model ini yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors) dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning)
Selain itu, model pembelajaran ini dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar yang konstruktivistik. Lingkungan belajar konstruktivistik mencakup beberapa faktor yaitu (Jonassen dalam Reigeluth (Ed), 1999:218): kasus-kasus berhubungan, fleksibelitas kognisi, sumber-sumber informasi, cognitive tools, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi, dan dukungan sosial dan kontekstual.
- Kasus-kasus berhubungan, membantu pebelajar untuk memahami pokok-pokok permasalahan secara implisit. Kasus-kasus berhubungan dapat membantu siswa/mahasiswa belajar mengidentifikasi akar masalah atau sumber masalah utama yang berdampak pada munculnya masalah yang lain. Kegiatan belajar seperti itu dapat membantu pebelajar meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
- Fleksibelitas kognisi, merepresentasi materi pokok dalam upaya memahami kompleksitas yang berkaitan dengan domain pengetahuan. Fleksibelitas kognisi dapat ditingkatkan dengan memberikan kesempatan bagi pebelajar untuk memberikan ide-idenya, yang menggambarkan pemahamannya terhadap permasalahan. Fleksibelitas kognisi dapat menumbuhkan kreativitas berpikir divergen didalam mempresentasikan masalah. Dari masalah yang siswa/mahasiswa tetapkan, mereka dapat mengembangkan langkah-langkah pemecahan masalah, mereka dapat mengemukakan ide pemecahan yang logis. Ide-ide tersebut dapat didiskusikan dahulu dalam kelompok kecil sebelum dilaksanakan.
- Sumber-sumber informasi, bermanfaat bagi pebelajar dalam menyelidiki permasalahan. Informasi dikonstruksi dalam model mental dan perumusan hipotesis yang menjadi titik tolak dalam memanipulasi ruang permasalahan. Dalam konteks belajar sains (kimia), pengetahuan sains yang dimiliki siswa terhadap masalah yang dipecahkan dapat digunakan sebagai acuan awal dan dalam penelusuran bahan pustaka sesuai dengan masalah yang mereka pecahkan.
- Cognitive tools, merupakan bantuan bagi pelajar untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan tugas-tugasnya. Cognitive tools membantu pebelajar untuk merepresentasi apa yang diketahuinya atau apa yang dipelajarinya, atau melakukan aktivitas berpikir melalui pemberian tugas-tugas.
- Pemodelan yang dinamis, adalah pengetahuan yang memberikan cara-cara berpikir dan menganalisis, mengorganisasi, dan memberikan cara untuk mengungkapkan pemahaman mereka terhadap suatu fenomena. Pemodelan membantu mahasiswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, “apa yang saya ketahui” dan “apa artinya”.
- Percakapan dan kolaborasi, dilakukan dengan diskusi dalam proses pemecahan masalah. Diskusi secara tidak resmi dapat menumbuhkan suasana kolaborasi. Diskusi yang intensif dimana terjadi proses menjelaskan dan memperhatikan penjelasan peserta diskusi dapat membatu siswa mengembangkan komunikasi ilmiah, argumentasi yang logis, dan sikap ilmiah.
- Dukungan sosial dan kontekstual, berhubungan dengan bagaimana masalah yang menjadi fokus pembelajaran dapat membuat pebelajar termotivasi untuk memecahkannya. Dukungan sosial dalam kelompok, adanya kondisi yang saling memotivasi antar pebelajar dapat menumbuhkan kondisi ini. Suasana kompetitif antar kelompok juga dapat mendukung kinerja kelompok. Dukungan sosial dan kontekstual hendaknya dapat diakomodasi oleh para guru/dosen untuk mensukseskan pelaksanaan pembelajaran.
b. Cara Menerapkan Problem Based Instruction Dalam Pembelajaran
Secara umum penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang diharus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau mungkin juga diberikan oleh pengajar. Siswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam model ini harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu, penggunaan model pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada siswa.
Adapun langkah-langkahnya yaitu:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan secara holistik yang dibutuhkan, serta memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal dll)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Menurut (Pannen, 2001) langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran ini paling sedikit ada delapan tahapan yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah
2. Mengumpulkan data
3. Menganalisis data
4. Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya
5. Memilih cara untuk memecahkan masalah
6. Merencanakan penerapan pemecahan masalah
7. Melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah

Sintaks Model Pembelajaran Based Instruction
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1
Orientasi siswa pada masalah




Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar



Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok



Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya



Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah - menjelaskan tujuan, logistik yang dibutuhkan
- memotivasi siswa terlibat aktif dalam memecahkan masalah yang dipilih


- membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut


- mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

- Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagai tugas dengan teman


- Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta kelompok presentasi hasil kerja

c. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Adapun langkah-langkahnya yaitu:
1. Menyadari masalah
2. Merumuskan masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Menguji hipotesis
6. Menentukan pilihan penyelesaian

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Instruction
• Kelebihan
- Problem solving sebagai teknik memahami isi pelajaran
- Problem solving dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
- Problem solving dapat mengembangkan siswa untuk berpikir lebih kritis
- Problem solving memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalan dunia nyata
- Membantu siswa melibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik
- Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain
- Dapat memperoleh dari berbagai sumber
• Kekurangan
- Keberhasilan strategi pembelajaran ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
- Bagi siswa yang malas, tujuan dari metode ini tidak dapat tercapai sesuai dengan harapan pengajar
- Membutuhkan banyak waktu dan dana
- Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini





BAB III
KESIMPULAN

Pada dasarnya model pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) merupakan salah satu model pembelajaran konstruktivistik, yang lebih menekankan pada keaktifan subyek atau pembelajar menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Problem based instruction merupakan salah satu model pembelajaran yang memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa. Selain itu, model pembelajaran ini melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan.
Adapun langkah-langkahnya yaitu:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan secara holistik yang dibutuhkan, serta memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal dll)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa bisa lebih mengembangkan potensi yang dimilikinya serta memahami apa yang dipelajarinya dengan baik. Disamping itu, siswa bisa bersosialsasi dan bekerja sama dengan siswa yang lain.

No comments:

Post a Comment