Stop Stigma Buruk dan Diskriminasi Terhadap Penderita Kusta
Hari kamis tepatnya tanggal 22 Juli 2021 saya berkesempatan menyimak live youtube Berita KBR yang membahas tentang Akses Kesehatan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas termasuk Orang dengan Kusta. Dipandu oleh host cantik mbk Ines Nirmala dengan 2 pembicara yaitu Bapak Suwata dari Dinas Kesehatan Kab. Subang dan Bapak Ardiansyah selaku Aktivis Kusta/Ketua PerMaTa Bulukumba. Fyi, PerMaTa merupakan organisasi atau wadah untuk melakukan edukasi terhadap orang yang mengalami kusta. Berupa pendampingan, peningkatan kapasitas agar mereka bisa percaya diri.
Kenali Kusta dan Penyebabnya
Penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Mycobacterium leprae adalah sebuah bakteri yang tahan asam M. leprae juga merupakan bakteri aerobik, gram positif, berbentuk batang, dan dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium. (Wikipedia)
Menurut Bapak Suwata dari Dinas Kesehatan Kab. Subang, Kusta merupakan penyakit menular, masih mengakibatkan permasalahan kompleks dan mengakibatkan disabilitas ganda, baik sensorik maupun motorik. Dengan kondisi seperti ini para penderita kusta harus berhadapan dengan berbagai stigma dan diskriminasi, sehingga berdampak ke sosial ekonomi dan kepercayaan diri yang kurang.
Untuk populasi orang dengan kusta di Kab Subang yang merupakan angka cacat tingkat 2 yaitu pada tahun 2018 angka cacat sebanyak 7 kasus atau 5%. Tahun 2019 9 kasus, tahun 2020 12 kasus atau 11% dari seluruh kasus.
Akses Kesehatan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas termasuk Orang dengan Kusta
Menurut data Bappenas 2018 sekitar 21,8 juta atau 8,26 persen penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas. Di berbagai daerah, pasien kusta, penyandang disabilitas karena kusta maupun orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) sebagai bagian dari kelompok ragam disabilitas, seringkali masih menghadapi kesulitan dan tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang layak.
Seperti yang diceritakan oleh Bapak Ardiansyah, selaku Aktivis Kusta/Ketua PerMaTa Bulukumba. RS khusus kusta beralih ke RS umum sehingga banyak penderita kusta yang mengeluh dengan kondisi ini. Pelayanan yang kurang baik, belum lagi BPJS belum tercover. Seperti waktu rehab di RS seharusnya tidak disamakan dengan pasien umum karena penderita kusta butuh waktu sembuh yang cukup lama.
Padahal, sama seperti warga negara lainnya, penyandang disabilitas dijamin pemenuhan haknya oleh undang-undang. Salah satunya di sektor kesehatan dimana pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi penyandang disabilitas untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu, penyelenggaraan program layanan kesehatan inklusif perlu diupayakan agar penyandang disabilitas termasuk pasien kusta memiliki derajat kesehatan yang optimal sehingga mampu menunjang produktifitas dan partisipasi mereka dalam bermasyarakat dan pembangunan.
Stop Stigma Buruk dan Diskriminasi Terhadap Penderita Kusta
Stigma buruk dan diskriminasi terhadap penderita kusta akan menyebabkan mereka kehilangan kepercayaan diri, harga diri, sehingga dampaknya akan merasa malu, takut, sedih, depresi, malu, putus asa dan lain sebagainya.
Peran PerMaTa di wilayah Sulawesi Selatan khususnya terus melakukan advokasi layanan masyarakat. PerMaTa memberikan peran pemahaman masyarakat terhadap penyakit kusta, terutama di daerah perkotaan. Bapak Ardiansyah juga berharap agar edukasi kusta dilakukan di kampus dan sekolah. Karena adanya stigma buruk dan diskriminasi ini adalah kurangnya informasi masyarakat tentang kusta.
Sedangkan di Kab Subang, menurut Bapak Suwata sudah ada program prioritas berupa :
1. Mencegah penularan kusta dengan adanya pengobatan pada kontak kusta, edukasi pada masyarakat.
2. Pencegahan kecacatan pada penderita kusta. Seperti tidak melakukan pengobatan, pemeriksaan sedini mungkin.
3. Pemberdayaan terhadap penderita kusta /disabilitas. Berupa peningkatan lifeskill.
4. Pengurangan diskriminasi atau stigma.
Semoga dengan adanya acara seperti ini, edukasi tentang kusta pada masyarakat bisa semakin meluas sehingga angka stigma buruk dan diskriminasi terhadap penderita kusta menurun. Penyakit kusta dapat disembuhkan yaitu dengan cara aktif mengikuti program pengobatan sampai tuntas. Jangan lupa yang paling penting adalah periksakan sedini mungkin jika ada gejala.
Yang terpenting, stop stigma buruk dan diskriminasi terhadap penderita kusta menuju Indonesia bebas kusta.
Setuju banget dengan judul artikel ini. Masyarakat masih perlu diedukasi agar makin peduli dan bisa mendukung saudara dengan penyakit kusta. Indonesia bisa!
ReplyDeleteDulu, orang-orang penderita kusta dijauhkan, dikucilkan, dianggap terkena kutukan. Alahmdulillaah kini semakin disosialisasikan informasi sebanyak2nya mengenai penyakit kusta. Yakin kok, mereka bisa sembuh dengan pengobatan dan kasih sayang orang2 di sekitarnya. Oooh belum ter-cover BPJS ya? Kasiahn sekali, padahal penderita disabilitas juga berhak memperoleh pelayanan kesehatan dari negara ya mbak.
ReplyDeleteAlhamdulillah ya adanya PerMaTa setidaknya membantu untuk memberikan pemahaman dan edukasi buat kita semua bahwa penyakit kusta dapat disembuhkan yaitu dengan cara aktif mengikuti program pengobatan sampai tuntas.
ReplyDeleteSemoga masyrarakat maki aware juga kalo ada gejala2 awal lebih baik diperiksakan.
Sebelum baca artikel tentang kusta begini aku sendiri bingung memperlakukan penyintas maupun pasien kusta. Khawatir menular padahal kalau sudah sembuh ya enggak apa-apa. Dengan edukasi masyarakat seperti ini jadi lebih aware dan mengerti bagaimana harus bersikap.
ReplyDeleteSaya tuh kalau baca kusta nih kebayang cerita nabi Ayyub deh. Di era digital dan komunikasi bisa dari segala arah masih aja banyak orang yang memandang rendah OYPMK ya. Gimana jaman beliau? Perlu banget deh ini penyuluhan untuk orang-orang biar tidak ada lagi kejadian di jaman nabi Ayyub
ReplyDeleteMereka mengobati penyakitnya saja sudah ribet, tambah kena stigma. Baiknya kita lebih peduli sama mereka. Penyakit ini menular, tapi kan butuh waktu lama, bukan yang otomatis langsung nular
ReplyDeletemengurangi dan menghilangkan stigma buruk dan diskriminasi terhadap penderita kusta ini memang butuh banyak pihak yang mendukung ya, biar Indonesia juga bebas kusta
ReplyDeleteDaku tadinya juga rada ngeri berdekatan dengan penderita (atau mantan) penderita kusta
ReplyDeletekarena ya terus terang aja, mendengar bahwa ini salah satu penyakit menular dan ini walau ada obatnya dampaknya signifikan ke tubuh
Untung sekrang ada edukasi tentang ini,
sebaiknya ada tes kesehatan khusus tentang penderita atau mantan (OYPMK) sehingga lolos kerja di beberapa perusahaan
Ini ke marin yang aku diskusikan sama beberapa teman. Jd zaman aku kecil dulu tuh suka ada baliho ttg penderita kusta gedeeee banget di puskesmas. Jd itu tu ingatan terpatri di aku bahwa jangan deket2 sama penderita kusta.
ReplyDeleteKyk dibrainwash gtu jdnya hehe
Makanya PR bener nih kempen dr pemerintah dan masyarakat yg peduli sebenarnya gmn sih cara memperlakukan penderita dan penyintas kusta ya mbak
TFS infonya mbak
Tetangga saya ada yang menderita kusta dan baru ketahuan dia menderita kusta setelah kondisinya sangat parah, selama ini hanya minum obat dan perginya ke alternatif yang malah memunculkan banyak fitnah karena katanya di guna². Harus banget emang edukasi seputar kusta ini biar cepat tertangani dan tidak ada diskriminasi sama mereka
ReplyDeleteJujur aku jarang berada di lingkungan yang ada atau kena penyakit kusta. Tapi satu sisi aku menyadari bahwa masih banyak orang yang menderita kusta mengalami diskriminasi
ReplyDeleteBenar sekali, masih seperti ini kondisi di masyarakat ya mbak
ReplyDeletemasih banyak yang melakukan diskriminasi kepada penderita kusta
padahal harusnya g begitu ya mbak, penderita kusta juga perlu di dukung
Mungkin karena kusta termasuk penyakit menular yah makanya dipandang sebelah mata, tapi kan menularnya enggak gampang...
ReplyDeletetapi sekarang penderita kusta enggak dikucilkan kayak dulu lagi, mungkin karena skrang sudah banyak sosialisasi tentang kusta... dan harapannya ya edukasi ttg kusta ini semakin meluas,
Banyak sekali mitos soal kusta ini
ReplyDeleteSampai aku masih ingat dulu ditakutin nenek dimakan sama orang sakit kusta kalau tidak mau makan atau sering minta main di luar
Emang sedih ya, sudah puluhan tahun juga masih ada stigma negatif terhadap penderita kusta. Sayangnya edukasi tentang penyakit kusta sekarang rasanya nggak segencar zaman saya sekolah. Padahal penderitanya masih banyak.
ReplyDeleteNah, stigma buruk di masyarakat terhadap penderita kusta ini yang harus diminimalisir. Penyandang kusta juga berhak sembuh dan mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai, bukan barengan dengan pasien umum gitu ya. Harus lebih intensif lagi layanan kesehatannya.
ReplyDeleteAku baru tahu lho kalo selama ini ada stigma dan diskriminasi pada penyandang disabilitas termasuk orang penderita kusta. Aku kira zaman sekarang udah gak ada. Kasian ya, mereka jadinya gak bisa produktif. Semoga deh dengan semakin gencarnya sosialisasi, stigma dan diskriminasi ini semakin hilang.
ReplyDeleteDiskriminasi ini kadang yang menohok, kasihan banget kalau bener2 dapat perlakuan seperti itu. Dan salut dgn para aktivis ini karena mereka masih peduli agar para penderita tetap mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal
ReplyDeleteStigmanya jahat banget sampai dibilang kutukan. Padahal yang kena kustanya juga nggak pengen dikasih cobaan kayak gitu. Memang harus open minded dan banyak yang edukasi kayak gini, biar stigmanya hilang dan penderitanya bisa melanjutkan hidup normal sama seperti kita nggak ada diskiriminasi lagi.
ReplyDeleteGejala kusta ini sering dianggap remeh sih yaa..
ReplyDeleteJadi sering diabaikan orang.
Penting sekali untuk mengedukasi orang yang belum paham mengenai kusta, bukan penyakit kutukan.
Semoga dengan ini, penyakit kusta bisa tercover BPJS ya. Meskipun jumlah penderitanya minimalis, tapi gimanapun mereka kan juga bagian dari rakyat RI. Tapi dengar-dengar, obatnya gratis kan dari Puskesmas?
ReplyDeletebener banget kalau penderita kusta itu jangan lah di diskriminasi. mereka justru butuh support suoaya pengobatan berjalan sampai akhir dan setelahnya bisa bekerja seperti sedia kala
ReplyDeleteKayanya emang harus lebih banyak lagi edukasi tentang kusta ini yaaaa.. Biar orang-orang bisa semakin mengetahui lebih jelas tentang penyakit kusta ini, jadi ngga akan ada diskriminasi lagi terhadap penyakit kusta ya maaak
ReplyDeleteKusta dulu awalnya kukira penyakit biasa mba. Ternyata juga kudu hati-hati. Semoga kita semua dijauhkan dari marabahaya aamiin
ReplyDelete